Profile here! Long is no no no duh.
Tagboard here. Width is 180px and the height is 270px.
Links here
Theme by 우산. Inspired by yuekaire and toomunch. Image from flickr and edited by me. Palletes from colourlovers.
5/08/2017
May 08, 2017
First Impression: xxxHOLiC
pamer dulu :) minggu ini bakal ada review koe no katachi!

Kenapa daripada Tsuki ga Kirei, saya malah ngasih first impression ke anime ini duluan?

―karena saya males. serius saya males banget rewatch ep. 1 saking slow pacednya.

btw, liat image di atas! *pamer* minggu ini bakal ada review yang *mungkin* bakal nentuin: haruskah kamu nonton koe no katachi?

saya nyoba nonton xxxHOLiC karena post ini―itu kenapa ada titan bentuk manusia―yang saya pikirkan. saya pun mencari tau itu anime apa, dan saya menemukannya.

ini seriusan I.G yang bikin Ghost in the Shell? pikir saya. dari trailernya, GitS keliatan lebih bagus dari xxxHOLiC, meskipun GitS keluar duluan. saya pun mencari tau siapa yang buat manganya.

"CLAMP"―pantesan ae, lol. they're famous for those weird tiny heads with super tall body. ok, yuk ke first impressionnya.

Episode 1―tentang April 1 Watanuki yang terus diganggu sama ayakashi, atau bisa dibilang hantu. dia ngarep biar ntu hantu kaga gangguin dia lagi. disitulah dia bertemu dengan Yūko, yang sejauh ini bisa dibilang an eccentric witch, anak buahnya, dan sebuah nuigurumi yang bisa ngomong. untuk permintaannya dikabulkan, dia kudu kerja sama Yūko. dari sana, hal aneh pun bermunculan...

Sinopsisnya agak meh, iya kan? Kaya sinopsis anime lain. Well, untuk ep. 1 ini juga emang sedikit meh. Kita dapet seorang cowo nyebelin yang bisanya ngeluh doang, a wish-granter, dan side chara lainnya. Iya, akhir episode ini―tentang si cewe yang bisa ngeliat ayakashi kaya Watanabe―bikin saya cukup penasaran. Sayangnya, di bagian lainnya, saya bakal cek durasi dua menit sekali.

Untuk artstylenya...

Tangan dan kakimu panjang banget, gue iri.

Lu hampir setinggi pintu, loh.

Baju sekolahnya digambar agak ngawur ye?

Lu ga kejedug atapnya?

Kayanya kalo gue dorong lu dikit doang, lu bakal jatoh.

Oke, itu keterlaluan.

Palamu kekecilan.

Kurus banget lu njer.

Bukan karakter utama? Maaf, tapi kamu kudu warna abu!

Gasuka sama artstylenya? Langsung tutup video playermu, atau kamu gabakal bisa fokus sama ceritanya.

Animasinya males untuk ukuran 2006. Saya itung banyak banget animasi yang diulang-ulang. Bikin aura surreal dikit sih, tapi karena saya orangnya style over substance saya jadi kurang fokus. Dan orang-orang abu-abu itu kudu diilangin. Kanon sama Haruhi tahun 2006, tapi mereka lebih bagus kok animasinya.

"Tapi itu KyoA―"
"Ini I.G yang bikin GitS, nak. Denger review salah satu user MAL nih:"

GitS came out in 1995 and still the visuals can compete with current animation standards. This film has aged extremely well. The action is wicked, every scene is full of atmosphere thanks to well detailed backgrounds, and the limited CGI is well integrated, even in such an early stage of CG animation. Yet the most astonishing part of the art is not the quality of the animation, or the artwork. It's the level of thought and polish that went into creating the look and feel of this film. As an exemple: There is a scene where the heroine, Motoko, is fighting a criminal while wearing a suit that makes her invisible. Even though she is invisble, we can still see her shadow. This is because her invisbility is only an optical illusion. There is still a solid mass blocking the light. It's little details like this one that make the visuals so incredible and, more importantly, believable. 

― Firestorm2117, 2008

"Tapi itu movi―"
"Mamam review untuk TV seriesnya, Ghost in the Shell: Stand Alone Complex."

Normally anime movies have the upper hand as having stellar animation and art while TV anime have a limited capacity in the level of budget that film studios have. There are, of course, exceptions to this and Stand Alone Complex is definitely one of them. Sure the animation isn't as fluid as the movie but how the art's quality perfectly compliments the ascetic vision that the artists were going for, it's a true accomplishment to experience. How the city looked, the characters all having their own distinct look that makes them recognizable the moment we see them, and how the 3D models of the machines flow with the 2D animation of the characters work each other sublimely.

― Gonzo-lewd, 2013

Suara! Damn, BGMnya itu bener bener ngasih goosebumps ke saya. Gimana ya, pokoknya bikin saya ngerasa gaenak gitu... sasuga! Openingnya keren, belum pernah denger nama nineteen tapi saya suka banget sama OPnya. EDnya juga bagus, suka banget suara penyanyinya! Sayaka Ohara, voice actressnya Yūko ternyata juga ngisi suara Erza dan ibunya Jintan, tapi saya ga nyadar! Cocok sama Yūko. Apalagi si Fukuyama Jun, itu beneran VAnya Koro-sensei sama Yata? Tapi suaranya emang mirip sama suaranya Yukio sama Yuuta sih. Sayang, suaranya kurang cocok sama karakter Watanuki.

Karakter―tentu aja, belum ada yang namanya 'karakter development' di satu episode, tapi Watanuki dan Maru-Moro itu saya kurang suka bahkan kalo mereka dibuat untuk disukai. Dan Watanuki itu generic. Sudah lima kali lebih Anda melihat karakter sepertinya, apakah saya benar? *lebay*

Total: 3★ dari 5★ untuk 1 episode pertama.

Jangan nonton kalo gasuka karakter setinggi Titan dan animasi males.
Saat ini saya belum ada alasan bagus untuk nonton anime ini―lol―tonton buat suaranya.

Kiri: Yūko | Kanan: Watanuki |  Sampai jumpa di first impression selanjutnya!

Labels: ,